Kelurahan Dema’an ini adalah salah
satu instasi dari pemerintahan
yang berada di desa terletak pada kota yaitu
bergerak di bidang pelayanan dalam masyarakat. Di kelurahan Dema’an
ini dipimpin oleh beberapa lurah diantaranya yang pertama bernama Bapak Harjo yaitu
pada Maret 1920 - Maret 1930, yang kedua bernama Bapak Sastro Karto Diharjo
pada Mei 1931 – Mei 1955, yang ketiga bernama
Bapak Masrab pada Juli 1956 – Juli 191985, yang ke empat bernama Ibu
Nina Mir’ah pada September 1985 – September 1992, yang kelima bernama Bapak
Drs. Ali Imron pada November 1993 – November 2001, yang ke enam bernama Bapak
M. Sugiyono pada Desember 2002 – Desember 2007, yang ke tujuh bernama Bapak M.
Sofwan pada Januari 2008 – Januari 2013, dan yang terakhir Bapak M. Sugiyono
pada bulan Februari 2013- Februari2019.
Di kelurahan Dema’an
ini tempatnya bertepatan dengan makam Pangeran Puger, di kelurahan dan makam
Pangeran Puger yaitu berada di jalan Pangeran Puger. Ukuran panjang makam 265
cm, lebar makamnya 110 cm, tingginya 100 cm, sedangkan luas bangunanya
134,56 m2 dan luas tanah 512,96 m2. untuk nisannya dari
kayu jati dengan tebal 12 cm, lebar 35 cm, dan tingginya 40 cm. Bahannya dari kramik dan nisannya
kayu jati kuno. Menurut tulisan di pintu masuk makam, tahun pembuatan makan Pangeran Puger 1928. Makam Pangeran Puger semula pesarean, dan sekarang digunakan untuk ziarah, dan merupakan
milik pemerintah dan dikelola oleh pengurusnya.
Gambar 3.1 Makam Pangeran Puger
Nama asli Pangeran Puger adalah Raden Kunawi dari Mataram. Pangeran Puger pernah menjadi
senopati di kerajaan demak saat terjadi perang saudara merebutkan kekuasaan karena rekayasa singopadon
(makamnya di desa singocandi kudus) ia dipenjara di demak. Setelah keluar dari penjara Pangeran Puger mulai berguru pada
sunan kudus, namun rasa bencinya kepada singopadon tetap terpendam. Semasa hidupnya ia dikenal sbagai mubaligh, dermawan dan sosiawan. Untuk mengenang jasa
beliau, maka stahun sekali pada tanggal 17 asyruro diadakan upacara khoul/buka luwur Pangeran Puger.
Makam Pangeran Puger berdampingan dengan makam istrinya dan berada di dalam satu
bangunan cungkup. Dalam
cungkup di kelilingi kelambu (luwur) warna hijau. Pada hari sabtu pahing
4-1-1992 diadakan pemugaran dan telah diresmikan oleh bupati kudus H. Soedarsono. Pangeran Puger dikenal sebagai salah satu penyebar Islam di desa
Demaan Kota Kudus. Ada banyak versi sejarah mengenai riwayat beliau, yang
dimakamkan di desa Demaan Kota Kudus. Dalam Sedjarah Dalem mengatakan bahwa
beliau merupakan putera kedua Panembahan Senopati, Raja pertama Mataram Islam.
Nama kecilnya adalah R.M. Kejuron. Akan tetapi, karena Pangeran Puger lahir dari seorang selir
bernama Nyai Adisara, tahta kerajaan jatuh kepada adiknya, Panembahan Sedo Ing
Krapyak. Beliau merupakan putera kesepuluh Panembahan Senopati, yang lahir dari
Permaisuri.
Namun karena merasa lebih berhak atas tahta
kerajaan, Pangeran Puger bahkan berat untuk memberi penghormatan kepada raja
Mataram saat itu, yang tidak lain adalah adiknya. Melihat gelagat itu,
Panembahan Sedo Ing Krapyak berkonsultasi dengan Ki Adipati Madaraka agar
Pangeran Puger menjadi Bupati Demak, dan Ki Adipati Madaraka menyetujui hal
ini. Segera setelah itu, Pangeran Puger dipanggil ke istana bahkan
diperbolehkan duduk di atas kursi di samping Panembahan Sedo Ing Krapyak.
Berdasarkan buku Serat Kandha disebutkan bahwa pengangkatan ini terjadi setelah
satu tahun beliau tidak pernah hadir di istana, sekitar tahun 1602 M.
Dengan diangkat menjadi Bupati Demak, raja
berharap agar kakaknya mampu menjadi perisai untuk melindungi Mataram. Pada
keesokan harinya, Pangeran Puger berangkat ke Demak dengan diikuti oleh seorang
abdi bernama Tandanegara. Menurut Babad B. P. hal 51, pada akhirnya bersama
dengan Ki Adipati Gending yang merupakan warga asli Demak, Tandanegara diangkat
sebagai pepatih oleh Pangeran Puger.
Waktu bergulir. Di dalam Serat Kandha terjemahan
bahasa Belanda juga menuturkan bahwa beberapa tahun setelah pengangkatannya
sebagi bupati, Raja tahu bahwa Pangeran Puger masih ingin menjadi raja.
Sehingga terjadi pertempuran antara 10.000 prajurit Mataram dengan 5.000
prajurit Demak. Raja ikut berperang dengan membawa Cangak (tombak bergigi dua
yang banyak digunakan di daerah pedesaan untuk menangkap musuh). Akhirnya, pada
sekitar tahun 1605 M. Pangeran Puger diasingkan di daerah yang sekarang bernama
Demaan. Beliau akhirnya bertekat untuk Madhep Mantep Pandhito Ratu, Ngungkurke
Kemukten Ngundurke Kadonyan. Beliau menjadi santri yang sholeh dan taat
beragama serta turut menyebarkan agama Islam di desa Demaan.
Masihkah ada keturunan dari pangeran puger sekarang ???
BalasHapus